Halo Ibu!
Sebelum meneruskan membaca tulisanku lebih lanjut, aku mau menyampaikan apa yang aku tuliskan mengenai 6 Tips Anti Galau Bagi Ibu Bekerja ini bukan untuk tujuan mengecilkan pilihan yang sudah ibu-ibu buat. Tujuanku menuliskan ini adalah untuk menyebarkan aura positif saling mendukung sebagai sesama ibu.
So peace love and gahul ehehehe..
Daftar isi
Buat yang sudah lama membaca blog aku atau sudah berteman di IGku pasti kalian tahu kalau aku ini ibu bekerja dengan dua anak. Anak pertamaku usia 3,5 tahun dan anak keduaku usia 1,5 tahun.
Aku yakin kalian ibu-ibu yang sudah lebih senior pasti faham sekali struggling apa yang harus dihadapi ibu bekerja dengan 2 anak. Menjadi ibu yang bertanggungjawab dengan pengasuhan, urusan rumah dan juga pekerjaan kantor terkadang menimbulkan kegalauan dan bahkan stress.
Kegalauan yang biasanya muncul adalah saat anak sakit. Harus menemani anak sakit sementara di kantor ada pekerjaan yang tidak dapat ditunda atau tidak dapat diwakilkan.
Sebenarnya untuk menghindari kegalauan dan stress itu ada beberapa hal yang bisa ibu lakukan. Memang tidak langsung akan langsung serta merta mengatasi kegalauan tapi paling tidak dapat membantu ibu untuk lebih bisa mengatur semuanya dengan kondisi yang lebih tenang.
Nah, aku mau berbagi tips ini semoga dapat membantu kalian para ibu yang punya kondisi sama denganku. Tanpa banyak kata lagi yuk baca sampai habis tipsnya ya.
source: canva |
6 Tips Anti Galau Ibu Bekerja
1. Bertanggungjawab dengan pilihan yang telah dibuat
Setiap ibu pasti dihadapkan dengan pilihan. Seperti yang sudah aku tulis diatas aku tidak akan membahas mengenai pilihan apa yang ibu pilih. Pilihan tersebut salah atau tidak. Aku tidak akan membahasnya.
Disini yang mau kutekankan adalah kita harus bertanggungjawab terhadap pilihan yang sudah kita pilih (apapun itu). Disini karena pembahasannya adalah ibu bekerja maka aku akan fokus kesitu ya.
Ibu ketika sudah memilih bekerja tentu saja harus bertanggungjawab terhadap pilihan tersebut. Terhadap keluarga (anak) tentu yang utama. Tapi juga HARUS bertanggungjawab terhadap pekerjaan. Sadar betul apa tanggungjawab pekerjaan ibu.
Jangan juga ibu mengesampingkan performa ibu di kantor atau tempat ibu bekerja. Bagaimanapun itu akan mempengaruhi kelangsungan pekerjaan ibu.
Kecuali…Ibu sudah tidak peduli dengan performa dan semua tanggungjawab pekerjaan. Ya maaf aku sih akan bilang “Yasudah pilih resign saja bu”.
source: canva |
2. Ini Bukan Salah Siapa-Siapa
Jujur aku agak bingung menempatkan point 1 & 2 ini. Apakah harus mengatur rasa bersalah yang ada di dalam diri ibu terlebih dahulu baru menanamkan rasa tanggungjawab atau sebaliknya? (Kok jadi malah nanya ya)
Intinya sih mengelola perasaan ibu sendiri. Jika ibu sudah memutuskan untuk bekerja atas dasar pilihan sendiri tanpa paksaan dari siapapun. Maka kondisi yang ada dan yang akan dihadapi bukan salah siapapun. Termasuk bukan salah dirimu ya bu.
Jangan menyalahkan orang lain atas kondisi yang terjadi di kehidupanmu.
Juga jangan salahkan diri sendiri. Menyalahkan diri sendiri hanya akan menahan diri ibu untuk berkembang. Karena ibu hanya akan ada dalam lingkarang rasa bersalah.
Padahal seorang ibu juga punya hak untuk mengembangkan diri menjadi apapun yang diinginkan. Menambah ilmu pengetahuan. Memanfaatkan ilmu pengetahuan. Tanpa harus mengabaikan tanggungjawab atas pegasuhan.
Yakin bahwa ibu mampu, ibu bisa melakukan lebih dari apa yang ibu bayangkan.
source: canva |
3. Meminta bantuan bukan berarti kalah
Bekerja apalagi full time, harus mengurus anak yang masih batita dan mengurus rumah. Tidak mungkin bisa ibu lakukan semuanya sendirian.
Libatkan peran suami. Tentu saja sedari awal ketika akan menentukan pilihan suami selalu diajak berdiskusi kan bu? Libatkan beliau untuk membantu ibu.
Suami yang pengertian pasti akan bersedia untuk membantu istrinya. Ikut senang istrinya dapat mengembangkan diri.
Semua harus didiskusikan ya bu bukan atas keputusan satu pihak. Lagi-lagi tidak ada standar dalam pengaturan ini. Semuanya disesuaikan dengan kondisi yang ibu hadapi.
Misalkan ibu memang sudah sangat perlu bantuan dari pihak lain ya tidak apa-apa.
Misal butuh bantuan pengasuh tidak ada salahnya memakai pengasuh. Atau pilihan lainnya seperti day care. Tidak ada yang paling bagus atau jelek.
Berdasarkan pengalaman dan kondisiku pribadi aku lebih cocok pakai pengasuh untuk membantu menjaga anak-anak selagi aku bekerja. Pengasuh adalah pilihan yang aku dan suamiku anggap paling sesuai.
Ada juga seorang teman yang lebih nyaman menitipkan anaknya di day care tentunya dengan alasan yang dia (dan suami) miliki tersendiri. Kalau tidak salah hampir 3 tahun pakai day care mereka enjoy dengan kondisi seperti itu. Dan itu tidak salah.
Bahkan jika ibu hanya butuh bantuan IRT untuk bebersih rumah saja itu juga tidak salah kok.
Bantuan yang memang ibu butuhkan akan membantu ibu fokus untuk mengerjakan pekerjaan. Jika ibu fokus performa pekerjaan ibu bagus. Maka itu menunjukan bahwa ibu bertanggungjawab terhadap pilihan yang sudah ibu ambil. Silahkan minta bantuan jika memang butuh bantuan.
Meminta bantuan bukan berarti ibu kalah
source: canva |
4. Manfaatkan Teknologi
Jika ibu bekerja full time office hour yang mengharuskan ibu meninggalkan anak-anak selama kurang lebih 8 jam. Manfaatkan teknologi untuk tetap berkomunikasi dengan mereka.
Lakukan video call disaat jam istirahat untuk melihat kondisi anak-anak. Ibu bisa meminta pengasuh untuk standby menjawab chat. Ibu bisa chat di pagi saat sampai kantor, siang saat istirahat dan terakhir sore sebelum pulang untuk menanyakan kondisi anak-anak.
Jika diperlukan ibu bisa install CCTV di rumah untuk tetap bisa memantau kondisi anak-anak. Dengan begitu walaupun ibu bekerja ibu tetap bisa memantau kondisi anak.
source: canva |
5. Jadwalkan Me Time
Rawat diri sendiri dengan baik untuk dapat merawat keluarga dengan baik
Buat jadwal me time untuk ibu. Walau hanya sejam dua jam tapi aku yakin melakukan apa yang ibu suka akan menghindari ibu dari stress.
Rawatlah diri ibu. Perawatan tidak harus yang wah. Olahraga teratur. Pakai skincare, luluran di rumah atau sekedar pakai masker sambil nonton drakor juga sudah bisa re-fresh tubuh dan fikiran.
Bahkan ibu dan suami juga boleh buat jadwal kencan. Pergi berdua untuk sekedar nonton film atau makan. Ini penting untuk tetap menjaga keharmonisan pernikahan.
source: canva |
6. Moms Empower Moms
Aku yakin ibu pasti punya teman-teman yang bisa diajak untuk cerita kan? Mungkin ada teman sekantor yang bisa diajak ngobrol, curhat mengenai kegalauan ibu. Atau teman sesama ibu tetangga di rumah. Atau mau ngobrol sama aku juga boleh DM atau email saja InsyaAllah aku balas.
Terkadang kita tuh gak butuh solusi kan ya, cuma butuh didengarkan saja.
Sesekali mengeluh tidak apa-apa kok. Pas lagi capek, pas lagi kesal atau sedih ngeluh tuh gak apa-apa. Ngeluh, marah dan nangis gak apa-apa untuk membuat ibu menjadi semakin kuat nantinya.
Jangan lupa jika sebaliknya jika ada teman yang butuh didengarkan bersedialah mendengarkan. Lebih bagus kalau bisa saling menguatkan.
Itu semua tips-tips yang bisa aku bagi. Menuliskan ini bukan berarti aku sudah sempurna ya, tidak pernah galau atau stress. Pastinya pernah. Sering malah. Tapi dengan ingat hal-hal diatas biasanya aku jadi ingat lagi tujuanku.
Semoga ini bisa sedikit membantu ibu-ibu juga ya. Terimakasih sudah mampir membaca blog ini.
Ibu, kita ini hanya manusia biasa jadi tidak apa-apa jika kita tidak sempurna.
No comments