Percakapan via chat:
"Aa kata bapak
kalau kita udah yakin, jangan dilama-lama"
"Iy"
Beberapa jam
kemudian...
"Aa baru
selesai ngobrol sama bapak nih"
Salah satu properti yang disiapkan untuk foto tapi ujungnya gak dipakai |
Hanya kurang lebih
30 hari setelah aku dipertemukan kembali dengan aa disebuah acara resepsi kakak
kelas ku (temannya aa), pembahasan untuk melamar dimulai. Kaget? Pasti. Dengan
seribu mili rasa bahagia dan setetes rasa tidak percaya. Bukan aku tidak siap, tetapi
tidak percaya jalannya secepat dan semudah ini (Alhamdulillah).
Kami memang baru
bertemu lagi sebulan lalu, tetapi sebelumnya kami memang sudah kenal. Aa adalah
kakak kelasku di SMP dan SMA. Sebatas itu saja kami kenal. Kami sesekali
bertanya kabar via media sosial, juga pernah cerita galau (aku sih yang
keseringan galau). Tapi tidak pernah membahas perasaan suka atau bagaimana. Sampai sekarang masih belum percaya kalau yang datang melamarku adalah aa. Eh...gak deng, aa gak pernah nanya ke aku mau atau tidak menikah
sama dia. Dia hanya bertanya "ikhlas atau tidak nerima kondisi aa dan dipimpin sama aa?". Merinding waktu baca chatnya, apalagi pas ditanya langsung face to face. Deg-degan, tapi pura-pura cool aja jawab "InsyaAllah ikhlas a". ^__^
Keinginanku untuk menikah itu muncul sekitar 3 tahun
lalu, setelah aku mulai bekerja. Rasanya keinginanku sudah kuat. Tapi setelah
bertemu aa, aku jadi merasa kosong maksudnya aku mau menikah tapi tidak
mempersiapkan apapun. Aa malah tau lebih banyak dari aku dan gak ragu buat cerita rencana-rencana dia. Bahagia bukan, bisa
bertemu orang yang mau melibatkanmu dalam rencana hidupnya dan membagi rencana
itu denganmu.
Kami punya waktu sekitar 2 minggu untuk
persiapan lamaran. Menurutku, bapak agak heboh buat acara lamaran ini. Sempet
yaa...beradu pendapat dan aku kesal-kesalan. Tapi ujungnya karena nasehatnya aa
yang bilang "gapapa...namanya juga anak perempuan pertama yang dilamar
wajar heboh. Jangan kesel kan sekalian nyenengin orangtua". Allah memang
adil, aku yang sensi kekanakan begini dipasangkan sama aa yang pemikirannya dewasa.
Waktu 2 minggu
menurutku agak sedikit terlalu cepat untuk persiapan lamaran (karena ada
sesuatu hal kami maunya lamaran disegerakan). Sebenarnya yang agak keteteran ya
hanya waktu mencari cincin saja. Awalnya, aku bilang tidak perlu pakai cincin.
Tapi aa maksa katanya "buat ditandain, biar gak diambil orang"..
Hadehh... Aku juga minta aa pakai cincin, ya masa aku aja yang ditandain
sementara dia gak. Kan kita LDR-an (padahal Cuma 3 hari). Mojang Bandung kan katanya cantik-cantik.
Lalu kami sempat mencari-cari model cincin. Googling beberapa model yang unik, dengan maksud supaya bisa pesan terlebih dahulu. Aa mau buat cincin ala-ala film Lord Of The Ring -__-" Ya kalii.
Lalu kami sempat mencari-cari model cincin. Googling beberapa model yang unik, dengan maksud supaya bisa pesan terlebih dahulu. Aa mau buat cincin ala-ala film Lord Of The Ring -__-" Ya kalii.
Cincin model Lord of The Ring (Lupa sumbernya) |
Kami sudah membayangkan keseruan mencari cincin ini, sudah
tahu pasti bakal bingung-bingung galau. Secara...kami berdua belum pernah beli
perhiasan sebelumnya. Wanita satu ini tidak bisa diandalkan dalam memberi
referensi toko perhiasan..haha. Entah ya karena gak pernah pakai perhiasan atau
memang gak ngoyo harus pakai cincin jadi ya santai saja.
Kami tanya salah
satu toko emas di daerah Cikarang (maklum lah...cari yang paling dekat dari
rumah kami yang di kampung ini) apa bisa pesan cincin dengan model yang kami
mau. Jawabannya bisa sih, tapi waktu pengerjaannya 2 minggu. Mepet sekali
dengan hari lamarannya. Cincin untuk aa tadinya mau pakai paladium, khawatir kalau pakai perak cincinya cepat hitam. Tetapi waktu cari di toko di Cikarang tidak ada yang menjual paladium. Lalu kami putuskan berkeliling saja dulu untuk mencari toko perak. Dapat, bisa buat sesuai dengan permintaan tapi harus
kasih contoh (tidak bisa kasih gambar). Yaahhh... Diskusi-diskusi dipinggir
toko (hahaha) akhirnya kami memutuskan membeli cincin untukku yang sudah ada
modelnya di toko emas saja (tidak buat sesuai dengan keinginan kami). Maksudnya
supaya bisa dijadikan contoh untuk membuat cincin aa. Aku khawatir bukan dengan
model sih, tapi ukuran. Tangan aku kecil susah cari model yang sesuai dan
ukurannya pas denganku.
Model awal yang kami berdua mau pesan |
Kami kembali ke toko
emas sebelumnya. Aku galau memandangi deretan cincin yang dipajang di eatalase
toko. Ada satu cincin yang ukurannya pas, modelnya juga simple pas untuk aku
yang tidak terlalu suka perhiasan yang heboh. Yap..cincin untukku beres. Lalu
kami kembali ke toko perak, pesan cincin untuk aa dengan contoh cincin yang
sudah dibeli. Kalau jariku ukurannya kecil sekali, jarinya aa sebaliknya. Jadi
sekarang kalau lihat cincinnya disandingkan aku pasti ketawa ngakak. Sabar ya a, punya calon istri kayak aku yang sukanya ngeledek mulu..hehehe. Dasarnya kami suka jalan
jadi muter-muter walau gak ngerti harga emas ya seru ajah. Harga cincinya?
Ahh...kepo..hehehe. Buat referensi kalian
yang baca, aku kasih tau nama tokonya saja ya. Cincin emas putih
kami beli di Toko Emas Sinar Baru sedangkan cincin peraknya di Toko Perak Pesona.
Ini yang akhirnya dipilih |
Ini cincinnya aa, bayangin di jempol aku masih kegedean hehe |
Baju Lamaran.
Sebelum aku bertemu aa, aku pernah punya keinginan untuk menjahit (minta tolong
tukang jahit sih) baju untuk lamaran. Agustus lalu sewaktu aku ke Jogja aku
beli bahan batik di pasar Beringharjo. Saat itu alasanku beli bahan karena
memang mau belajar jahit, aku beli bahan batik sekitar 4 meter. Memang ada
rencana untuk buat sarimbit, saat itu memang keingetan aa (pada kondisi saat
itu sih aneh kenapa ingetnya malah sama aa). Aku kasih tau aa kalau aku punya
bahan batik dan mau aku jahit untuk dipakai saat lamaran. Awalnya, aku kira aa
gak akan mau buat baju samaan gitu, tapi ternyata dia mau juga. Sempet
deg-degan juga bajunya gak bisa jadi tepat waktu, karena ibu tempat aku jahit
lagi ada orderan banyak dan biasanya memang lama kalau jahit baju di ibu itu.
Tapi ibunya nyanggupin untuk jahit bajunya dan selesai sebelum tanggal 9.
Bajunya sempet sempit dibagian pinggul..huhu lah iya badanku membesar. Saat itu
juga bajunya dirombak di besarin sedikit. Alhasil gak sempit-sempit banget
jadinya. Kalau bajunya aa, karena dia kasih contoh bajunya yang emang agak
kecil jadi agak sempit dibagian ketiaknya tapi gak terlalu kelihatan sih.
Makeup? Aku gak ke salon apalagi pakai MUA (gak kuat bayarnya haha). Berhubung aku suka makeup sendiri, biarpun gak jago tapi yaa..buat acara lamaran mah bisa lah. Aku makeup dan pakai jilbab sendiri seadanya yang aku bisa. Maklum saja kalau hasilnya juga seadanya.
Hasil lihat youtube dan search tutorial hijab selama seminggu |
Acara lamaran
diadakan pada malam hari ba'da Isya. Permintaan dari keluarga aa, mungkin
alasannya karena menunggu keluarganya aa yang datang dari Garut dan Bandung.
"Acara lamaran
aja, udah kayak hajatan". Ada aja sih yang bilang begitu. Dengernya jadi
bikin keki, bete dan kesel. Bapak sepertinya sedikit over excited karena
anaknya mau dilamar, jadi lah siapa aja diundang. Namanya juga orangtua, nanti
kalau dilawan aku sendiri yang dosa, ya akunya aja yang ngalah sabar sabar
(karena dinasehatin aa juga sih). Biar aja kalau ada yang komen nyinyir.
Emang dasar cewe ya,
yang kecil-kecil juga diurusin. Sehari sebelumnya masih ribet cari jilbab yang matching warnanya dengan baju yang mau aku pakai. Susah nyarinya, beruntungnya aa itu tipe yang sabar kalau diajak belanja dan suka kasih saran. Makasih aa (kali aja dia baca).
Alhamdulillah pembagian tugas antara saya dan
orangtua berjalan lancar. Lagipula gak banyak yang dipersiapkan. Hanya makanan
yang pasti masak sendiri, mamah minta bantuan bude untuk masak semua makanan
berat. Kalau kue-kue semua beli dan beberapa ada yang dibawain oleh para
sepupu.
Masakan hasil masak ibu-ibu |
Alhamdulillah punya
saudara dan tetangga yang siap bantu. Walaupun ini hanya acara lamaran, tapi
mereka semua bersedia diminta bantuannya. Susunan acaranya disiapkan oleh om sebelah rumah, beliau juga yang mengatur siapa yang jadi pembawa acaranya. Lamaran dari pihak aa diwakilkan oleh uanya (kakak dari bapaknya aa) dan penerima lamaran dari pihak aku diwakilkan oleh ustadz tetangga rumah juga. Awalnya aku nunggu di dalam kamar, sampai akhirnya dipanggil. Salahnya bapak yang mewakili menerima lamaran gak nanya aku dulu lamarannya diterima atau tidak. Tadinya kan aku mau akting (hahahaha), jadi buyar deh karena tiba-tiba dipanggil keluar tanpa ditanya diterima atau gak. Pembawa acaranya malah yang nanya, emang sih ujungnya cuma bisa cengar-cengir (cengar-cengir loh bukannya senyum) grogi..hahaha.
Foto ini diambil hari besoknya gapapa daripada gak ada |
Acaranya sedikit
ramai, ya karena bapak termasuk yang sesepuh di lingkungan jadi banyak yang
ngebantu. Aku juga ngasih kabar ke teman-teman dekat dan ada beberapa dari
mereka bisa datang. Dari keluarga aa juga lumayan banyak. Ada orangtua,
ade-ade, keluarga, bahkan ada guru SMA (beliau-beliau kaget ternyata yang mau
dilamar adalaha aku) dan banyak temen-temen aa pawai pakai motor. InsyaAllah
banyak yang datang, banyak yang mendoakan doa baik. Apalagi ibu-ibu di lingkungan rumah
sering heboh kalau ada pernikahan. Mereka suka haru bareng-bareng (sampai
nangis loh) dan yap..pas kemarin acara lamaranku katanya para ibu juga sampai
nangis. Subhanallah...Alhamdulillah.. Itu tandanya banyak yang sayang sama aku. Pokoknya hatur nuhun (sok sunda) buat semua yang sudah bantu dan datang di acara lamaran. ^__^
Keluarga aku |
Keluarga aa |
Bareng teman-teman aa |
Satu-satunya foto berdua yang hasilnya lumayan |
No comments